Perancis dan Polandia Kembali Terapkan Penguncian Wilayah Secara Parsial
PARIS - Perancis dan Polandia kembali menerapkan penguncian wilayah secara parsial, setelah keduanya menghadapi peningkatan tajam infeksi Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir.
Sekitar 21 juta orang di 16 wilayah Perancis, termasuk ibu kota Paris, terkena dampaknya karena negara itu takut akan gelombang ketiga.
Di Polandia, toko, hotel, fasilitas budaya dan olahraga ditutup di seluruh negeri selama tiga minggu.
Negara ini mencatat kasus harian baru Covid-19 tertinggi sejak November.
Kasus Covid-19 juga meningkat secara eksponensial di Jerman. Kanselir Angela Merkel memperingatkan kemungkinan negara itu sekarang perlu menerapkan "rem darurat" dan memberlakukan kembali tindakan penguncian.
Peluncuran vaksin di seluruh Uni Eropa terhalang oleh penundaan pengiriman serta penangguhan penggunaan vaksin Oxford-AstraZeneca di beberapa negara.
Mereka masih mengkekhawatiran kemungkinan efek samping dari vaksin buatan Inggris tersebut.
Situasi di Perancis dan Polandia
Di Perancis, penguncian sebagian berlaku mulai tengah malam sejak Jumat (19/3/2021).
Kereta dari Paris menuju beberapa negara bagian yang memberlakukan lockdown berhenti beroperasi, seperti Brittany dan Lyon. Dilaporkan tiket perjalanan sudah dipesan penuh beberapa jam sebelum peraturan diberlakukan.
BBC melaporkan kemacetan lalu lintas diberitakan terjadi di beberapa jalan yang meninggalkan ibu kota.
Pembatasan baru tidak seketat penguncian sebelumnya. Orang-orang masih diperbolehkan berolahraga di luar ruangan.
Bisnis non-esensial ditutup, tetapi sekolah tetap buka. Penata rambut yang mengikuti "protokol sanitasi tertentu" juga masih diperbolehkan beroperasi.
Perancis telah melaporkan lebih dari 4,2 juta infeksi sejak dimulainya wabah. Hampir 92.000 kematian terkait Covid-19 terjadi, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins Amerika.
Di Polandia, penguncian selama tiga minggu dimulai pada Sabtu (20/3/2021).
Pejabat kesehatan Polandia sebelumnya memeringatkan pembatasan nasional diperlukan karena varian Covid-19 Inggris yang merajalela di negara itu.
Varian ini sekarang mencapai lebih dari 60 persen infeksi.
Polandia telah memiliki lebih dari dua juta infeksi terkonfirmasi, dan hampir 49.000 kematian, menurut Johns Hopkins.
Pada Jumat (19/3/2021) otoritas Jerman menyatakan tengah mengklasifikasikan negara tetangganya Polandia sebagai berisiko tinggi.
Artinya, mulai Minggu, siapa pun yang melintasi perbatasan dari Polandia harus memberikan tes virus corona negatif.
Perkembangan vaksin AstraZeneca
Ada jaminan dari regulator obat-obatan Eropa bahwa vaksin AstraZeneca aman dan efektif. Tapi beberapa negara tetap enggan melanjutkan kampanye dengan vaksin tersebut.
Otoritas kesehatan Finlandia telah mengumumkan penghentian penggunaan vaksin, yang akan berlangsung setidaknya seminggu.
Langkah tersebut, mengikuti dua laporan pembekuan darah pada pasien yang telah menerima suntikan di negara tersebut. Ini disebut dilakukan sebagai tindakan pencegahan.
Sementara itu, Swedia, Denmark dan Norwegia mengatakan pada Jumat (19/3/2021), membutuhkan lebih banyak waktu untuk menentukan melanjutkan inokulasi AstraZeneca atau tidak.
Jerman, Italia, Perancis, Spanyol, dan Belanda termasuk di antara negara-negara yang telah memulai kembali kampanye vaksinasi AstraZeneca mereka.
Otoritas kesehatan di Perancis telah merekomendasikan agar vaksin hanya diberikan kepada orang yang berusia 55 tahun ke atas.
Badan Obat-obatan Eropa (European Medicines Agency/EMA) mengkaji suntikan tersebut. setelah 13 negara Eropa menangguhkan penggunaan vaksin. Mereka khawatir dengan adanya kasus pembekuan darah.
Namun ditemukan bahwa vaksin itu "tidak terkait" dengan risiko penggumpalan yang lebih tinggi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak negara-negara terus menggunakan vaksin AstraZeneca.
Pada Jumat (19/3/2021), para ahli di WHO mengatakan vaksin itu memiliki "potensi luar biasa untuk mencegah infeksi dan mengurangi kematian di seluruh dunia".
"Data yang tersedia tidak menunjukkan peningkatan keseluruhan dalam kondisi pembekuan seperti trombosis vena dalam atau emboli paru setelah pemberian vaksin Covid-19," kata Komite Penasihat Global untuk Keamanan Vaksin WHO dalam sebuah pernyataan.
Sumber : Kompas.com