KTH Binaan KPH DLHK Riau Hasilkan Ratusan Produk
PEKANBARU - Kelompok Tani Hutan (KTH) binaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Riau menghasilkan ratusan produk yang bersumber. Produk-produk tersebut siap dipasarkan oleh UMKM Riau.
"Ini produk kelompok tani hutan binaan 13 KPH DLHK Riau di kabupaten/kota. Yang disini hanya sebagian, ada ratusan produk yang dihasilkan," kata Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar didampingi Kepala DLHK Riau, Mamun Murod saat menunjukan produk KTH di kantor Gubernur Riau, Rabu (10/3/2021).
Kemudian Gubri menyampaikan beberapa produk yang dihasil KTH diantara Jernang dari Kuansing, Madu dari Mandah Indaragiri Hilir, Sagu dari Kepulauan Maranti dan lainnya.
"Pohon Jernang ini sedangkan dikembangkan di Kuansing, itu ada 1,2 hektare yang sudah ditanam mulai tahun 2019 lalu, dan Insya Allah dua tahun lagi panen," katanya.
Disinggung bagaimana KTH memasarkan produk yang dihasilkan, Gubri menyatakan, produk KTH ini nanti akan dipasarkan melalui UMKM kabupaten/kota.
"Saya juga sudah minta agar produk-produk KTH ini bisa dipasarkan di pasar luar negeri. Namun kita harus melihat kebutuhan pasar. Contah tadi seperti Malaysia itu minta madu tanpa kemasan, dan mereka ingin mengelola sendiri, jadi madu itu dikirim dengan sarangnya langsung. Saya bilang tak masalah asalkan produk KTH ini terjual," terangnya.
"Kalau perlu produk ini kita pasarkan di ritel-ritel. Itu juga tak masalah, yang penting barang laku terjual. Tapi kalau ada orang bayer bisa ekspor itu lebih baik," cakapnya.
Sementara itu, Kepala DLHK Riau Mamun Murod mengatakan, produk yang dihasilkan kelompok tani hutan yang berada di 13 KPH Dinas LHK Riau. Hanya saja sekarang ini kelompok hutan mengalami stagnan, sebab produk yanh dihasilkan tidak ada pemasaran.
"Makanya kita mendorong agar produk kelompok tani hutan ini dapat dipasarkan dengan bekerjasama dengan Jaringan Masyarakat Gambut Riau (JMGR), agar produk ini bisa dipasarkan melalui UMKM," katanya.
Namun, kata Mamun Murod, UMKM dalam memasarkan produk itu harus ada modal untuk membuat kemasan produk.
"Nah itu yang modali Chevron dan SKK Migas melalui CSR-nya. Namun kedepan kita tidak menutup kemungkinan perusahaan lain akan membantu seperti Pertamina dan lainnya. Paling tidak produk-produk kelompok hutan ini bisa segera terjual di pasaran," terangnya.
Lebih lanjut Murod menjelaskan, masing-masimg daerah memiliki keunggulan produk, misalnya saja Jernang di Kuansing. Jernang ini satu kilogramnya bisa mencapai Rp4,8 juta yang sudah jadi.
"Kita bayangkan saja kalau 1.400 hektare Jernang, bisa hebat-hebat masyarakat Kuansing nantinya. Kemudian di Rokan Hulu kita kembangkan gula aren. Kalau di Kepulauan Meranti ada sagu, Mandah ada madu dan lainnya," bebernya.
"Kita mengharapkan setiap KPH ada produk unggulan daerah yang dihasilkan KTH. Dengan begiitu kedepan masyarakat sekitar hutan bisa sejahtera, dan mereka bisa menjaga hutan dari kebakaran," tutupnya.
Sumber : MC Riau